Sebagai seorang
nelayan kecil yang pekerjaannya mengail ikan di laut untuk menghidupi
keluarganya, sehari mengail belum tentu akan mendapatkan hasil. Namun ketika
seekor ikan menggelepar terkait mata kailnya, tiba-tiba datang seseorang dan
merampas hasil tangkapannya.
”Hai! Berikan
ikan itu padaku!” kata orang itu.
”Tapi ikan ini
hasil tangkapanku,” jawab si nelayan.
”Masa bodo!”
teriak orang itu seraya merampas ikan itu dari tangan nelayan dengan kasar.
Tanpa dapat
mencegahnya nelayan yang lemah itu hanya menatap orang yang merampas ikannya
pergi meninggalkan tempat itu dengan pandangan kosong.
”Ya Allah,
mengapa Kau ciptakan aku sebagai orang yang lemah seperti diriku? Dan Kau
ciptakan orang lain lebih kuat dan gagah, sehingga dia bertindak
sewenang-wenang kepada orang yang lemah seperti aku ini. Maka ciptakanlah ya
Allah, makhluk lain yang lebih kuat dari dia, yang dapat mengalahkan dia agar
menjadi pelajaran dan peringatan bagi umat manusia,” ratap nelayan itu dalam
doanya.
Tanpa
mempedulikan keluhan nelayan miskin itu, orang kasar itu pulang dan membakar
ikan hasil rampasannya. Dengan nafsunya, ia akan menyantap ikan bakar yang ada
di atas mejanya. Namun malang baginya, ketika akan mengambil dan memakan ikan
itu, sebuah duri mencocok jari tangannya.
”Ah!” orang itu
memekik kesakitan.
Dan dengan
seizin Allah, tangan yang kena duri ikan itu makin hari makin bertambah parah
lukanya. Bagaikan kanker yang ganas, luka yang menjadi borok itu merambat ke
lengan tangannya.
Berbagai usaha
telah dilakukan untuk mengobati lukanya, tetapi tidak juga sembuh bahkan sampai
harus dipotong sebatas sikunya. Tetapi meskipun tangannya sudah dipotong,
baksil-baksil yang menyebabkan infeksi di tangan itu masih saja semakin
mengganas hingga orang itu nyaris menjadi putus asa.
Dalam
keputusasaannya itu, ketika ia tertidur bermimpi seolah-olah mendengar suara
nelayan yang ikannya pernah dirampas beberapa waktu dulu, ”Kembalikan hak itu
kepada pemiliknya, itu bukan hakmu!”
Seketika orang
itu terbangun dari tidurnya, hatinya termangu. Ada perasaan bersalah pada
dirinya yang selama ini tak pernah disadarinya. Hati nuraninya tersentuh akibat
peringatan nelayan lewat mimpinya.
”Ya, itu memang
bukan hakku. Aku harus mengembalikan kepada pemiliknya,” kata hati orang itu
yang melecuti perasaannya.
Dengan sikap
yang tegas dan hati yang mantap, dilangkahkan kakinya mencari nelayan miskin
yang pernah dirampas ikannya itu. Setelah dijumpainya, orang itu menyerahkan
uang sepuluh ribu dirham sebagai tebusan seekor ikan yang pernah dirampasnya
beberapa waktu yang lalu.
Hatinya kini
merasa lega, dia merasa terbebas dari kutukan perasaan yang selama ini
menghantuinya. Alhamdulillah, atas seizin Allah pula sejak itu luka di
tangannya mulai membaik. Baksil-baksil dan ulat yang menggerogoti tangannya
berangsur-angsur mati dan hilang, dan luka itu menjadi sembuh. Tangan yang
membusuk dan hampir diamputasi lagi sampai sebatas lengan kini telah sembuh.
Lelaki itu kini telah dapat mengambil hikmah dari apa yang pernah diperbuatnya.
Sumber Dari Buku CERITA MOTIVASI ISLAM
Admin: Jur. Bambang Herto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar